Semeru, Mimpi Yang Belum Usai


Semeru, salah satu gunung favorit para pendaki. Kata orang kalau belum menjamah Semeru, bukan pendaki namanya. Walau masih amatir, keinginan untuk mendaki Semeru juga ada di pikiran Saya. Terlebih setelah Surat Ijin Naik Gunung telah saya genggam. Tidak tahu kenapa, awal bulan ini keinginan itu semakin besar. Rasanya seperti ada kode bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk mendaki Semeru.

Dan entah kenapa tiba-tiba saya mengajukan usulan pada teman-teman main saya yang ‘manis-manis’ untuk bermain ke Semeru. Hasilnya adalah tersusunlah rencana untuk mendaki Semeru awal November ini. Segala persiapan untuk November telah tersusun.

Namun persiapan untuk bulan November itu hanyalah sebuah persiapan. Rencana November hanya tinggal rencana. Batal.

Karena rencana yang kami buat pada awal pekan Oktober itu terlaksana di minggu kedua Oktober πŸ™‚

Yuhuuuuuu…….. Naik Semeru pun berlangsung. Alkisah pada Rabu malam pekan lalu, sebelum shalat isya’ tiba-tiba saja ide gila itu muncul di kepala Saya. Saya fikir Semeru menginginkan kedatangan saya secepatnya, tetapi tidak di bulan November. Karena itulah saya yang saat itu memang sedang berada di kosan Ais Babon bersama dua orang rah gennah lainnya segera bertanya,

Gimana kalo kita naik jumat besok?”

Pertanyaan gila tersebut pun mendapatkan anggukan!

Meskipun rencananya dadakan. Meskipun persiapannya tiba-tiba. Walaupun Hj Kemplo sempat galau antara ikut atau tidak. Walaupun polybag yang telah dibeli ‘tak sengaja’ dijatuhkan Kemplo. Walaupun logistik kami ‘seadanya’. Walaupun keberangkatan ini diawali dengan sedikit kebohongan yang beragam. Akhirnya Jumat pagi itu kami berlima, setelah Novera bersedia ikut kami ke Semeru, sudah meninggalkan teriknya Surabaya.Β 

Just like a dream, but it’s true πŸ™‚

12-10-2012

(10.00 WIB)

Kami berada di Desa Tumpang. Tempat awal sebelum pos perijinan ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Ranu Pani. Karena satu-satunya manusia yang pernah melakukan ekspedisi ini adalah Senja maka saya dan tiga makhluk lainnya bergantung pada Sendu. Tapi sayangnya ketergantungan kami ini salah tempat. Senja sama sekali tak tahu bagaimana caranya supaya kami bisa sampai Ranu Pani. Bukannya tak tahu sama sekali, melainkan tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan angkutan selain Jeep atau Hartop. Naik Jeep atau Hartop memang bisa segera membawa kami berada di Ranu Pani, tetapi membuat kami tak bisa kembali ke dataran rendah setelahnya. Harganya mahal (untuk kami). Satu jeep dan hartop disewakan dengan harga Rp 400.000- Rp 450.000 atau perkepala di hitung Rp 90.000, kecuali jumlah penumpang 15 orang, perkepala ditarik Rp 30.000. Sementara kami yang hanya berlima, uang senilai Rp 90.000 perkepala itu over budget. Pokoknya perjalanan ke Semeru ini harus sesuai dengan budget yang telah kami tentukan di awal, itulah prinsip kami! Money management πŸ™‚

Karena masih buntu harus naik apa, akhirnya dari terminal Tumpang kami menuju sebuah warung kopi. Beruntunglah kami…. karena pemilik warung kopi ini sungguh baik hati. Pak Saiful namanya. Seorang tukang ojek yang juga membuka warung kopi di depan pangkalan ojeknya. Beliau menanyakan dengan apa kami akan ke Ranu Pani. Setelah kami menjelaskan bahwa kami belum menemukan angkutan, Pak Saiful mengantarkan kami ke rumah seorang pemilik truck yang biasanya memang digunakan para pendaki lokal untuk sampai ke pos Ranu Pani.

Β (12.30 WIB)

Kami sudah berada di rumah Pak Rus. Pemilik truck yang akan kami tumpangi. Alamat jelasnya di Jalan Kudusan 52, Tumpang. Pak Rus memiliki 3 buah truck yang biasanya digunakan untuk mengangkut pupuk kandang dari kota ke desa-desa yang ada di kaki gunung Semeru. Karena itulah, sebagai sampingannya truck tersebut juga digunakan sebagai angkutan untuk pendaki-pendaki dari Tumpang – Ranu Pani atau Ranu Pani – Tumpang. Biayanya juga sesuai dengan estimasi dan budget kami πŸ™‚

Beristirahat di Rumah Pak Rus

Lumayan loh menggunakan jasa truck milik Pak Rus untuk sampai ke Ranu Pani. Harganya oke, bisa santai-santai pula. Pak Rus beserta keluarganya juga ramah-ramah. Kita mendapatkan seceret teh hangat sebelum berangkat. Bisa menggunakan kamar mandinya pula. Jadi harga Rp 30.000 itu sudah termasuk kamar mandi, minum teh hangat, ngeces hape, sekaligus angkutan trucknya.

Kalau memang kemalaman di jalan, kita juga dipersilahkan untuk bermalam di rumah Pak Rus. Bisa telepon terlebih dahulu juga jika memang ingin memesan angkutan, takutnya penuh jika datang secara dadakan. Nih nomor teleponnya 0341- 789 162 atau 0341 – 9777231.Β 

(14.00 WIB)

Di Atas Truck menuju Ranu PaniΒ 

Di Atas Truck Yang Mengangkut Pupuk Kandang πŸ˜‰

5 Dara di Atas Tumpukan Pupuk Kandang a.k.a Tai Sapi πŸ˜‰

(16.30 WIB)

Setelah melewati jalanan yang kanan tebing kiri jurang atau kanan jurang kiri tebing serta berpetak-petak tanah yang ditanami bawang daun dan kembang kol, sampailah kami di pos perijinan Ranu Pani. Kata orang, pendakian dilarang jika jam sudah di atas pukul 4 sore. Alasannya karena track pendakian kerap kali ditutupi kabut tebal. Namun entah mengapa bapak-bapak asli Medan yang sore itu bertugas di pos pendakian mengizinkan kami untuk menginjak Semeru sore itu juga. Walaupun sempat sedikit diospek oleh si Bapak Medan dimana beliau berkata bahwa logistik kami kurang untuk 3 hari berkemah, yang penting ijin naik dikantongi.Β 

Eittsss…ijinnya juga pakai retribusi dong… cukup bayar 8000 IDR per orang. Termasuk asuransi kematian tuhh πŸ˜‰

Bismillah…. Mari kita mendaki.

Pos Perijinan TNBTS Ranu Pani

πŸ™‚

P.S: Mom, I’m in SemeruΒ πŸ™‚Β Terimakasih atas izinnya, Mami

Leave a comment