Serangan Underpressure!


Ketika deadline mulai mengejar dan tak bisa lagi ditangguhkan, keteganganpun tak dapat dielakkan. Awal tahun benar-benar penuh dengan pekerjaan yang menekan. Akibatnya seluruh kantor berada di bawah tekanan. Underpressure all the time. Semua orang memang masih tertawa-tawa dan bercanda satu sama lain, tetapi raut mereka tidak bisa lepas dari yang namanya ‘tertekan’!

Ada yang menangis, ada yang tiba-tiba diam, bahkan ada yang lari ke Alfamart depan kantor untuk membeli minuman dingin dan meletakkan botol minuman tersebut di dahinya… mungkin supaya bisa menurunkan suhu kepala yang panas karena tegangan kantor.

Dan hari ini, ketegangan yang sudah saya tamengi untuk tidak mendekati saya ternyata lolos dari jebakan tikus. Ketegangan itu pun meledak di pagi ini. Dan korban ledakannya adalah seorang mas-mas yang sebenarnya tidak salah apa-apa. Dia hanya sekedar bertanya apakah saya sudah menyelesaikan deadline pekerjaan hari ini, tetapi jawaban saya ‘BELUM’ dengan ketegasan nada 6 oktaf. Saya kesal karena saat itu saya tengah berkonsentrasi pada proses editing. Mengecek penulisan setiap paragraf. Lalu tiba-tiba datang sosok yang menanyakan pekerjaan yang sebenarnya sudah selesai, sehingga rusaklah konsentrasi dan mood saya. Akhirnya keluarlah satu kata yang sebenarnya sederhana. Hanya kata ‘belum’, tetapi saya ucapkan dengan nada yang tidak menyenangkan.

Si masnya sih hanya menimpali kata ‘belum’ saya dengan hembusan nafas panjang, tapi itu sudah cukup membuat saya menyesal.

Duhhhhhh… menyesal karena tidak bisa mengontrol emosi. Menyesal karena menuturkan sebuah kata yang tidak menyenangkan. Saya pasti tidak suka jika mendapatkan jawaban kurang menyenangkan dari seseorang yang saya tanyai, tapi saya sendiri memberikan perlakuan yang tidak menyenangkan pada orang. Huhuhuhuhuhu…. menyesal.

Akibatnya konsentrasi saya semakin buyar. Semakin tidak bisa menuntaskan pekerjaan yang sudah selesai.

Harusnya ya… setertekan apapun, semarah apapun, setegang apapun… saya tidak patut bersikap tidak menyenangkan pada sosok yang memang menjalankan tugasnya. I really sorry for that. For sure!

Dan sebagai bentuk penyesalan, saya sudah meminta maaf atas sikap konyol yang sudah saya tunjukkan. Untunglah si masnya berbaik hati untuk memaklumi sikap edan saya padanya di pagi ini.

Pelajaran penting supaya saya  lebih bisa mengontrol emosi dalam kondisi apapun, khususnya pada masa tegang di kantor seperti sekarang ini. Deadline boleh menumpuk, tapi suasana hati tidak boleh buruk. Lagipula deadline itu adalah tumpukan pekerjaan yang saya suka… pekerjaan yang saya pilih… Jadi, kenapa harus terpancing dengan pressure?

Underpressure?? NOPE!!!!

Leave a comment