Salah satu editor dan penulis buku yang saya suka pernah mengatakan bahwa “Penulis & Editor itu adalah orang tua dari sebuah karya“.
Benar memang. Baik editor maupun penulis adalah sosok yang berperan atas lahirnya sebuah rangkaian kata. Namanya juga orang tua. Pasti pernah adu argumen. Pasti pula tak sepemikiran. Kadang-kadang bertikai. Kadang-kadang melakukan perang dingin. Bahkan terkadang taksaling sapa. Tapi bukankah setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya?
Bagaimanapun sengitnya peperangan di antara editor & penulis, pastilah ingin yang terbaik untuk karya yang akan mereka lahirkan.
Itulah yang selalu saya tanamkan selama ini.
Tapi, sejauh manakah editor dan penulis bisa tetap sejalan dengan segala bentuk pertentangan di antara mereka?
Kalau salah satunya sudah berusaha untuk menjatuhkan satu lainnya, apakah itu baik untuk menciptakan suatu karya?
Apa bisa melahirkan sebuah karya luar biasa apabila salah satu diantaranya dengan sengaja menjatuhkan satu yang lain?
Oh God…saya rasa tidak bisa. Bagaimana mungkin tercipta sebuah karya luar biasa jika diantara mereka sudah tak lagi berhubungan secara sehat? Mencurangi salah satunya…entah dengan niat apa. Ingin diakui sebagai orang tua tunggal yang paling berjasakah? Atau memiliki niat lain yang juga tak kalah kotornya?
Sungguh…sebuah karya tak akan hadir jika relationships diantara penulis dan editor sudah tak lagi harmonis. Kalau dipaksakan untuk tetap bersama, pastilah akan menjadi ketragisan tersendiri atas karya yang dihasilkannya. Lalu, haruskah berpisah jalan supaya peran diantara keduanya tetap berfungsi sebagai orang tua yang baik bagi sebuah karya?!
You must be logged in to post a comment.