Penulis Vs Editor

Salah satu editor dan penulis buku yang saya suka pernah mengatakan bahwa “Penulis & Editor itu adalah orang tua dari sebuah karya“.

Benar memang. Baik editor maupun penulis adalah sosok yang berperan atas lahirnya sebuah rangkaian kata. Namanya juga orang tua. Pasti pernah adu argumen. Pasti pula tak sepemikiran. Kadang-kadang bertikai. Kadang-kadang melakukan perang dingin. Bahkan terkadang taksaling sapa. Tapi bukankah setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya?

Bagaimanapun sengitnya peperangan di antara editor & penulis, pastilah ingin yang terbaik untuk karya yang akan mereka lahirkan.

Itulah yang selalu saya tanamkan selama ini.

Tapi, sejauh manakah editor dan penulis bisa tetap sejalan dengan segala bentuk pertentangan di antara mereka?

Kalau salah satunya sudah berusaha untuk menjatuhkan satu lainnya, apakah itu baik untuk menciptakan suatu karya?

Apa bisa melahirkan sebuah karya luar biasa apabila salah satu diantaranya dengan sengaja menjatuhkan satu yang lain?

Oh God…saya rasa tidak bisa. Bagaimana mungkin tercipta sebuah karya luar biasa jika diantara mereka sudah tak lagi berhubungan secara sehat? Mencurangi salah satunya…entah dengan niat apa. Ingin diakui sebagai orang tua tunggal yang paling berjasakah? Atau memiliki niat lain yang juga tak kalah kotornya?

Sungguh…sebuah karya tak akan hadir jika relationships diantara penulis dan editor sudah tak lagi harmonis. Kalau dipaksakan untuk tetap bersama, pastilah akan menjadi ketragisan tersendiri atas karya yang dihasilkannya. Lalu, haruskah berpisah jalan supaya peran diantara keduanya tetap berfungsi sebagai orang tua yang baik bagi sebuah karya?!

3 Punti!

Masih dengan sisa rasa sakit setelah berhenti di panggung UCL musim 2012-2013, bertandang ke Olimpico bukan perkara mudah bagi pasukan Antonio Conte. Tapi…ini Juventus! Dengan semangat untuk mempertahankan gelar juara liga dan memperlebar jarak dengan Napoli yang dipertandingan sebelumnya hanya bermain imbang, Juventus terbang ke ibukota dengan target 3 poin.

Dan…Voilllaaaa…… 3 punti!!!!

Vidal menjadi pahlawan dengan melesakkan dua gol ke gawang lawan. Jarak 11 poin pun menjadi perbedaan pemuncak klasemen dengan runner up.

Thats All… Good Job, Team!! Keep Calm for 31 Campione 🙂

Grazie, Team :)

Grazie, Team 🙂

:)

🙂

Kenapa Harus Juventus

Sebuah pertanyaan diajukan oleh ponakan tersayang, Aisy, “Kenapa harus Juventus sih, Te?” 

Saya memberikan senyuman sebagai jawaban. Kemudian pertanyaannya menjadi monolog panjang “Kasurnya Juventus..Bantal gulingnya Juventus.. jam dindingnya juga juventus… karpetnya juga..leptopnya juga… tasnya juga… nah…ini gantungan kuncinya juga Juventus. Ahhh… semuanya Juventus”

Saya tetap diam dengan menghadap layar leptop…sembari mencuri pandang ke arah ponakan yang masih saja sibuk membuat list barang-barang tantenya yang berbau Juventus. Lalu ia melanjutkan inspeksinya dengan mengamaati Peta Benua Eropa yang terpampang di salah satu sisi dinding kamar saya. Entah apa yang sedang dipikirkannya, tetapi kemudian dia berkata

“Eropa ya.. pasti Juventus ada di Eropa. Negaranya…mana yaaaa….” Kemudian telunjuknya menyusuri setiap bagian yang menampakkan kata yang dituliskan dengan huruf kapital. Tak perlu waktu lama bagi Aisy untuk menentukan dimana negara asal Juventus. Dia menunjuk tulisan Italia, lalu berkata

“Juventus ada di Italia ya, Te?”

Saya: “Kok Ais tahu?”

Aisy: “Kan negara Italianya tante tempelin kertas ini” dia menjawaab sembari menunjukkan sticky note kecil yang saya tempel pada bentukan peta Italia. 

Saya: “Memangnya kenapa kalo ditempelin kertas?”

Aisy: “Ya berarti ini tempatnya Juventus. Kan semua yang ada di sini harus Juventus. Pasti kertasnya juga ditempelin di negaranya Juventus, kan!”

Saya: 🙂

Aisy: “Ah…Tante ini..senyum-senyum terus…Kenapa kok… Kenapa harus Juventus?”

Kenapa coba harus Juventus? Banyak sekali  jawaban atas pertanyaan itu, sayang… Perlu waktu tersendiri untuk menjelaskan kenapa harus Juventus. Tapi yang pasti, pertanyaan itu adalah secercah harapan bagi saya untuk menularkan Lo Spirito alla Juventus ini pada ponakan tersayang. Tidak berharap supaya dia menjadi Juvedonna saat ini juga, paling tidak suatu saat… Bukankah pertanyaan yang tidak mendapatkan jawaban akan menimbulkan penasaran. Dan ponakan saya bukanlah anak yang bisa menahan rasa penasarannya 

Today is Better

Dua hari terakhir semua penghuni kantor tidak banyak berbicara. Lebih tepatnya tidak banyak berbicara pada saya, khususnya mereka yang setiap harinya berurusan dengan segala deadline-deadline yang menjadi tanggung jawab saya

Bohong kalau saya mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja karena terbukti sejak kemarin suasana hati saya memang sedang tidak baik. Meninggalkan kamar dalam kondisi berantakan. Mengerjakan tugas tanpa ada passion sedikitpun. Lalu ditambah dengan kehebohan orang kantor yang tiba-tiba menutut pekerjaan 5 jam lebih awal dari deadline yang sudah ditentukan. Bukan masalah sebenarnya…hanya saja menjadi masalah karena saya bolak balik ditanyai “sudah selesai belum mbak?” Bagaimana bisa menyelesaikan kalau sedikit-sedikit disela dengan pertanyaan basa-basi “sudah selesai apa belum”. Ya BELUM LAH!!! Jadilah semakin suntuk.

Itu kemarin.

Hari ini…jauh lebih baik. Sudah lebih menerima hasil akhir yang diraih Juventus. Mau sedih teruspun percuma, toh tetap tak bisa merubah kenyataan bahwa kesempatan Juventus di UCL musim 2012-2013 sudah habis. Kalau sedih terus…justru tak bisa menjaga kesempatan di musim depan bukan? Biarlah…biarlah duo Germany & Spain meramaikan semifinal UCL musim ini.

Kalau terus-menerus suntuk juga, kondisi kantor jadi terasa seperti ruang pengadilan yang hakimnya sedang membacakan putusan peradilan kepada tersangka suatu kasus. Tegang. Tidak ada percakapan renyah atau saling menggoda.

Beneran deh…sejak kemarin semua orang kantor menutup mulutnya rapat-rapat. Tak ada satupun komentar mengenai hasil pertandingan UCL padahal mereka adalah penonton sepak bola Eropa. Tidak ada seorang pun yang bahkan mengucapkan kalimat hiburan “sabar Mei”. Jangankan mengucaapkan sesuatu, berpapasan pun hanya sekedar melihat sejenak, lalu berlalu.

Entah bagaimana saya harus mengartikan sikap mereka. Apakah itu sikap empati, atau sedih, atau takut saya beri bogem mentah apabila mereka berkomentar mengenai hasil pertandingan Juventus Vs Munich kemarin… saya tidak tahu. Hanya saja saat ini merasa geli atas sikap teman-teman kantor yang seakan-akan menjaga jaraknya terhadap saya. Mungkin juga mereka takut saya bunuh diri di kantor lalu arwah saya menghantui mereka setiap saat 😛

Oke…saya beri creditpoint pada mas-mas yang hingga saat ini tidak membahas hasil perempatfinal UCL,setidaknya tidak di depan saya. Terimakasih karena sudah mengerti. Iya…saya memang sedih…kemarin memang sedang tidak senang. Tapi sekarang sudah baikan kok…saya sudah lumayan sembuh…jadi… berhentilah mencuri-curi pandang, guys… Seriously…I’m okay right now 🙂

Tetap Yakin Akan Lo Spirito Alla Juventus

Sudah terjadi. Langkah ke Wembley terhendi di tangan pasukan Munich. Juventus Arena bungkam atas kejayaan pasukan Fuhrer. Ahhh….Sedih rasanya kala harus melihat Buffon memungut bola dua kali dari dalam gawangnya. Kekalahan kelima yang dialami Juventus Stadium sepanjang musim ini.

Tapi tetap, buat saya Juventus sudah berjuang dengan maksimal. Saya juga sudah berdoa untuk hasil yang terbaik. Tapi ternyata hasil doanya tetap gagal melangkah ke perempat final UCL musim ini. Apa mau dikata coba? Toh hasil akhirnya sudah selesai. Thats All.

Cukup sudah sedih-sedihannya. Scudetto masih membutuhkan semangat dan perjuangan. Masih ada 7 laga penting  lain yang harus dilalui musim ini. Mari fokus untuk meraih 21 poin! Harus tetap semangat! Harus tetap yakin bahwa akan ada kesempatan lain yang lebih baik untuk La Vecchia Signora. Yang perlu Juventini (saya) lakukan adalah tetap setia pada Hitam Putih. Siapapun yang sebelum pertandingan dini hari tadi dimulai dan berkostum hitam putih, saya harap jersey itu tidak hanya sekedar pakaian. Ini adalah ujian bagi kalian yang mengakui pecinta Juventus. Tetap mengaku cinta atau mau mencari cinta yang lain? Sangat berharap lagi di pertandingan lain, saat acara nonton bareng tak ada lagi Juventini yang meninggalkan arena nonbar sebelum wasit benar-benar meniup peluit panjangnya di detik akhir pertandingan, seperti apa yang saya  lihat hari ini.

Saya sendiri tetap “Menang Kalah Tak Peduli, Hitam Putih Selalu di Hati” 🙂

Juventus, Vinci per Noi… Per Favore!!!

Selalu Ada Harapan!

Jelang laga krusial menghadapi kompatriat Munich membuat deg-degkan dan sakit perut. Bukan takut, hanya tidak sabar saja menunggu hasil akhirnya. Real Madrid & Dortmund sudah memastikan diri di semi final, hari ini penentuan antara Juventus, Barcelona, PSG, atau Munich yang berhasil mengisi dua tempat tersisa.

Saya… tetap percaya,optimis, dan masih berharap bahwa Juventus akan menjadi pemilik salah satu tiket ke semifinal UCL musim ini. Banyak pengamat dan pemain top yang menilai bahwa kesempatan The Old Lady kecil. Peluang untuk mencetak 3 gol ke gawang pasukan Munich sangat tipis. Iya…kecil dan tipis. Tapi ada peluang bukan? Nothing is imposible.

Club saya kan hebat 🙂

Jadi, apapun hasilnya nanti… itulah yang terbaik untuk Juventus. Yang pasti mimpi kami jelas… Trophy UCL!!! Piala Kuping Besar yang telah sangat lama tidak singgah ke Turin.

Always hope the best for the best club in this world! I always behind you, La Vecchia Signora. So, keep up your spirit and still believe that we can do the best!

Ieri, eggi, domani, sempre… fino alla morte forza JUVENTUS!!!!! 🙂

P.S: Dear God, the final result is depend on You. I hope the best as long as Yours.

Jenuh & Lelah Kerja Itu Biasa

Kata salah satu teman kantor, saya adalah sosok yang dilihatnya tak pernah mengeluhkan pekerjaan. Selalu terlihat santai setiap menjalani rutinitas kantor. Selalu terlihat tak pernah jenuh dengan segala deadline. Dilihat tak pernah lelah. Bahkan dinilai tak pernah merajuk untuk meminta tambahan waktu pengerjaan. Hal yang membuat dia merasa heran mengapa saya bisa begitu.

Kalau dia bertanya langsung pada saya, maka jawaban saya adalah apa yang dilihat dan dinilainya itu tidak tepat. Memang benar saya tak pernah mengeluhkan apa yang saya kerjakan sekaligus merajuk meminta additional time, karena ini adalah pilihan saya. Kalau saya mengeluh,mengapa saya harus memilih pekerjaan ini? Tapi salah kalau sampai dia menilai bahwa saya tidak pernah jenuh. Sangat salah bila dinilai saya tak pernah lelah.

Hei… I’m also human. Jenuh, capek, lelah…semuanya itu juga pernah saya alami, kawan. Itu manusiawi. Ada kok saat dimana saya merasa sangat jenuh dengan tumpukan berkas-berkas deadline sehingga satu-satunya hal yang sayalakukan pada mereka adalah membiarkannya begitu saja. Bahkan sempat ada pikiran bahwa saya ingin resign saja supaya bisa jalan-jalan ke Jogja untuk menghilangkan kejenuhan yang super ini. Lelah juga sudah pasti. Saat jenuh dan tak ingin melakukan apa-apa biasanya juga dibarengi oleh lelah nan capek. Ingat loh ya…hanya lelah dan capek. Bukan putus asa, Hanya butuh rehat.

Kalau seseorang melihat bahwa saya tak pernah jenuh dan capek, heii….saya bukan robot. Capek, istirahat. Jenuh, tinggalkan kantor. Biasanya hal yang saya lakukan saat jenuh adalah jalan-jalan. Kalau misalnya jenuh itu datang di waktu jam kerja, saya mengenyahkan diri dari meja kerja. Keluar ruangan sebentar, menyeduh kopi lalu bercengkerama sebentar dengan kantor beda jobdesk.

Cara untuk menghilangkan jenuh dan lelah pada individu yang satu dan yang lain itu tak sama,karena itulah apa yang saya lakukan belum tentu bisa menghilangkan jenuh nan lelah kalian pada masing -masing pekerjaan. Tapi yang pasti, jenuh & lelah pada pekerjaan itu lumrah. Tinggal bagaimana pintarnya kita mengembalikan semangat untuk on fire sehingga penyelesaian tugas tak lewat dari tenggat waktu yang ditentukan.

Selebrasi Mirko Vucinic

Semoga saja tak terjerat sanksi UU Pornografi dengan adanya poto-poto selebrasi Mirko Vucinic ini 😛

????????

????????

Oh No.... Ini Benar-Benar Gila. Jangan Diulang Lagi Ya Mirko... Masa Punggawa The Old Lady Buka-Bukaan Celana di Lapangan?? :)

Oh No…. Ini Benar-Benar Gila. Jangan Diulang Lagi Ya Mirko… Masa Punggawa The Old Lady Buka-Bukaan Celana di Lapangan?? 🙂

Ayo-Ayo Burua di Pake Celananya, Mirko... Muka Si Peluso Sudah Gatel Pengen Nendang Pantatmu tu..

Ayo-Ayo Burua di Pake Celananya, Mirko… Muka Si Peluso Sudah Gatel Pengen Nendang Pantatmu tu..

Untung Cuma Dapet Kartu Kuning atas Selebrasi Ini

Untung Cuma Dapet Kartu Kuning atas Selebrasi Ini

Ini Baru Selebrasi Keren, Mirko. Udah Gak Kesurupan lagi kayaknya ya... :)

Ini Baru Selebrasi Keren, Mirko. Udah Gak Kesurupan lagi kayaknya ya… 🙂

Cerita Kontra Pescara

Ekspresi Conte :D

Ekspresi Conte 😀

Kartu Merah & Pinalti Untu Juve

Wasit: “Gue kasih kartu merah nih King Artur” | Vidal: “Tambah pinalti, baru keren” | Wasit: “Iya, bentar lagi juga gue kasih pinalti” | Vidal: “Oke. Biar Mirko yang nendang. Gue Capek” 🙂

Luca Marrone :)

Luca Marrone

Lambayan Tangan ini untuk apa om? Storari ya... mentang-mentang pemain Juve nyerang terus, jadinya nyambi bobok siang... Kebobolan sebiji deh :P

Lambayan Tangan ini untuk apa om? Storari ya… mentang-mentang pemain Juve nyerang terus, jadinya nyambi bobok siang… Kebobolan sebiji deh 😛

Fabio Quagliarella Masuk Menggantikan Seba Giovinco yang Cidera

Fabio Quagliarella Masuk Menggantikan Seba Giovinco yang Cidera

Stephan Linchsteiner.. Swiss Army yang Tak bisa merumput menghadapi Bayern..

Stephan Linchsteiner.. Swiss Army yang Tak bisa merumput menghadapi Bayern..

Salutate Della Capolista

Salutate Della Capolista