Lembaga Bukanlah Hutan Rimba

Mungkin benar, dimanapun… yang namanya tempat kerja tak ubahnya hutan rimba. Siapa yang kuat dialah sang juara. Tak peduli benar atau salah, asal punya kuasa dialah yang bebas dari siksa.

Mau lembaga sebesar dan setenar apapun, hukum yang kuat yang menang adalah aturan mutlak yang tak tertulis.

Bohong jika tak ada faham senioritas! Nyatanya hampir semua institusi, pihak minor selalu saja menjadi sosok yang dipersalahkan.

Benar mungkin pandangan teori yang pernah saya baca di beberapa literatur bahwa sebenarnya mayoritas perusahaan, lembaga dan institusi di tanah air lebih menjadikan materi sebagai indikator kesuksesan lembaga. Menjadikan kepuasaan pelanggan sebagai target, tanpa peduli dengan kompetensi SDM.

Selalu saja menomersatukan aset materil daripada aset manusiawi.

Yang dipikirkan adalah bagaimana caranya mendapatkan ‘pelanggan’ sebanyak mungkin di setiap semester, tanpa peduli pada kualitas SDM yang menjalankan lembaga. Kalaupun ada pelatihan untuk SDM, paling-paling indikatornya berupa angka… Selalu saja dinilai melalui ujian yang isinya soal-soal. Padahal, angka hasil ujian bisa berubah sewaktu-waktu.

Jarang sekali saya dapati sebuah lembaga melakukan perbaikan mental, pola pikir, perilaku, dan sifat SDM.

Memperbaiki mental karyawan yang tak lebih dari sebuah kerupuk basah, memanipulasi waktu kerja untuk dicantumkan dalam laporan kerja harian misalnya.

Merubah pola pikir yang luasnya tak lebih besar dari daun talas.Hanya beranggapan bahwa kerja itu harus disebuah ruangan. Atau belajar itu harus duduk di bangku dan ada setumpuk kursi di atas mejanya.

Merubah perilaku yang suka bergunjing, bergosip, atau memperbincangkan keburukan rekan kerja di hadapan rekan kerja lain.Perilaku yang bermanis-manis muka, namun kerap menusuk seketika saat dirinya merasa bersalah namun tak mau kalah!

Serta memperbaharui difat SDM yang semanunya sendiri, mau menang sendiri, sok berkuasa, sok senior, dan sok bersih!

Sangat disayang jika suatu lembaga tersohor memiliki punggawa yang kualitasnya hanya sebatas ukuran angka 0-9. Lembaganya sudah punya nama, seharusnya SDM yang tergabung di dalamnya punya cara supaya nama tenar lembaga tidak tercemar.

Terlebih lagi jika lembaga (institusi) tersebut berhubungan dengan dunia pendidikan….Harusnya setiap individu yang bergabung dengan lembaga terkemuka bisa menjaga diri untuk tidak ‘menerkam’ rekan kerjanya…Menyalahgunaan kewenangan yang dipunya atau bersikap tak mau disalahkan! Toh sama-sama mencari nafkah… sama-sama memiliki bagian kerjanya… Sama-sama mengemban nama baik lembaga. Kenapa pula harus menjadikan tempat kerja sebagai hutan rimba?