Bedah 5 cm The Movie

Hampir semua penikmat movie mengatakan bahwa 5 cm adalah film yang keren. The best Indonesian movie ever. Sangar dan lain sebagainya.

Lalu sebagian lagi mengatakan lumayan atau biasa aja…. bahkan ada pula yang tidak puas.

Adik saya bahkan dengan menggebu-gebunya mengtakan bahwa cerita akan ‘kehangatan’ Semeru yang ditangkapnya di buku sama sekali tak terlihat di film. Dia juga mengatakan betapa anehnya film tersebut karena tak satupun pendaki membawa air dari perjalanan arcapada menuhu Mahameru…… hahahahahahaha…. memang iya… dari enam pemain utamanya tersebut, tak ada satupun yang membawa air minum. Semuanya hanya membawa diri dengan kostum daki yang lengkap. Layaknya hendak melakukan perjalanan dari sebuah villa menuju puncak Bromo untuk melihat sunrise :). Tidak ada pula cerita dimana mereka harus bertemu pendaki lain selama di perjalanan. Seakan-akan jalur pendakian itu adalah milik mereka. Padahal tak ada cerita dimana Semeru sepi dari pendaki, terlebih pada tanggal 14-17 Agustus.  Tidak ada pula adegan dimana mereka harus bertemu dengan ‘pendaki hantu’ seperti dalam buku. Intinya adalah adik saya tidak menyukai bagaimana si film menggambarkan suasana Semeru.

Tapi…kisah 5 cm bukanlah Semeru, itulah yang harus dimengerti oleh para pendaki yang mungkin mencibir bagaimana film ini menggambarkan Semeru. Di 5 cm Semeru hanyalah salah satu latar yang secara kebetulan menjadi magnet untuk menarik minat penonton. Inti dari 5 cm sendiri (bagi saya) adalah bagaimana sebuah mimpi dan cita-cita itu harus diperjuangkan. Persahabatan tanpa mengusik prinsip masing-masing individu juga menjadi salah satu maksud dari cerita karya Donny Dirgantara ini. Dan tak lupa kisah cinta yang juga muncul diantara mereka. Intinya adalah perjalanan mimpi (termasuk cinta) dari mereka yang bersahabat.

Cerita yang menurut saya sederhana, tapi cerdas. Simple but smart!

Tapi tetap yaa..sebagai penikmat novelnya… saya merasa agak kurang sreg dengan ending ceritanya… masa iya Genta naksir Adinda?? Selepas menonton filmnya saya langsung membedah novel 5 cm… mencari-cari bab yang menceritakan seorang Genta jatuh cinta pad Adinda yang kemudian mereka menikah dan hidup bahagia… Dan hasilnya NIHIL!!!! Fiuuhhh…untungnya adegan naksir-naksiran ini hanya berlangsung tak kurang dari 3 menit. hanya sekedar saling tatap dan Fedi Nuril yang bengong..

Celah kedua yang menurut saya absurd sekali adalah ketika 5 orang ini bertemu untuk pertama kalinya setelah 3 bulan tidak saling berkomunikasi. Adegan dimana Ian datang terlambat dan nyaris tertinggal kereta Matramaja yang akan membawa mereka ke Malang. Si Ian lari-lari untuk masuk ke pintu kereta di gerbong depan dan lima orang lainnya bersorak menyemangati Ian.. Dua dari jendela, dua di pintu gerbong dan seorang menunggu di luar pintu yang juga ikutan lari supaya posisinya sejajar dengan pintu gerbong…. Padahal yaaa… Ian itu sejajar dengan pintu belakang gerbong keretanya, dan itu bukan gerbong kereta terakhir… Kenapa capek-capek lari ngejar pintu di depan kalau dia sejajar dengan pintu belakang? Langsung loncat aja lewat pintu belakang kan bisa? Yang penting kan udah di atas kereta dulu?!! Konyol 🙂

Yaahh…namanya juga film…

Overall…5 cm tetaplah salah satu cerita terbaik yang dipaparkan oleh anak bangsa 🙂

Meninggalkan Semeru

Bersama Mas-Mas ITS yang katanya angkatan 2007 tapi punya muka 2001 😉

🙂

Mulai meninggalkan bumi Perkemahan Kumbolo

Bertiga di depan pos 4

Watu Rejeng. Sebuah tempat dengan tebing-tebing batuannya yang menjulang. Titik tengah antara Ranu Kumbolo dengan Ranu Pani

Anaphalis javanica (edelweis). Flora khas Semeru.

Istirahat di bawah Pos 3. Luch w/ chocholate jelly

Menunggu Keberangkatan Truck Menuju Tumpang

Siang Hari di Ranu Kumbolo Bersama Sendu

Senja diantara tenda-tenda kuning

Berada di samping sebuah batu. Semacam monumen sederhana untuk seorang pendaki yang meninggal di tanah Semeru. Beberapa penduduk setempat meyakini bahwa monumen batu ini memiliki penjaga Kumbolo yang wajib disembah. Karena itulah ada beberapa sesajen seperti potongan pisang rebus dan kelopak-kelopak bunga di sekitar batu tersebut.

Sebuah Batu Nisan Lain untuk mengenang seorang sahabat, kawan, kerabat yang menghembuskan nafas terakhirnya di tanah Semeru. Di Ranu Kumbolo sendiri ada sekitar 5 batu nisan yang merupakan simbol bahwa nama yang terukir di batu nisan tersebut pernah ada di Semeru. Batu Nisan di atas bisa dijumpai di awal Tanjakan Galau.

Maunya sih mengheningkan cipta sejenak…tapi kenapa pose si senja menantang begitu ya?? Merusak suasana haru nan mistis 😉

Hi guys… inilah Tanjakan Cinta yang sempat membuat Galau beberapa pendakinya. Tanjakan Cinta selesai, mimpi selanjutnya adalah Bukit Penyesalan. Setelah menuntaskan Semeru tentunya (semoga).

Di sisi Selatan Ranu Kumbolo

Di Bumi Perkemahan Kumbolo

Aisyah Aisyah yang Edun tengah membelakangi Tanjakan Galau

Semburat Awan dari sisi Timur Semeru

Nopera & Hj.Kemplo di atas batang pohon tumbang di tepi Kumbolo. Beruntunglah mereka karena si pohon masih mampu mengapung dengan tambahan beban berat badan mereka (Chaca) 😉

Tenda-Tenda Lain di Bumi Perkemahan

Kondisi ‘Dapur Aisyah’ menjelang makan siang 🙂

Cooking Academy in The Mountain of Semeru by Aisyah Intan Paramartha

Buon appetito, ragazza 🙂

Koki Kami yang tanpa Jilbab. Yang pake bando Slayer. Yang Kayak Inem. Yang lagi ngoret-ngoretin nesting kosong.

Pagi Pertama di Tanah Semeru (13-10-2012)

Pagi pertama Aisyah di Ranu Kumbolo.

Sisi Utara Kumbolo 13 Oktober 2012

Sebuah Tenda Kuning di sisi Utara Kumbolo. Hanya setenda diri 🙂

Nopera. Si Penganut Bahasa Kebatinan 😉

Besides Black & White, The Beautiful Colour in This World is Sky Blue

Menu Makan Pagi Pertama di Tanah Semeru.

Tangan Chef Kami, Aisyah Intan 🙂

Semeru, Mimpi Yang Belum Usai

Semeru, salah satu gunung favorit para pendaki. Kata orang kalau belum menjamah Semeru, bukan pendaki namanya. Walau masih amatir, keinginan untuk mendaki Semeru juga ada di pikiran Saya. Terlebih setelah Surat Ijin Naik Gunung telah saya genggam. Tidak tahu kenapa, awal bulan ini keinginan itu semakin besar. Rasanya seperti ada kode bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk mendaki Semeru.

Dan entah kenapa tiba-tiba saya mengajukan usulan pada teman-teman main saya yang ‘manis-manis’ untuk bermain ke Semeru. Hasilnya adalah tersusunlah rencana untuk mendaki Semeru awal November ini. Segala persiapan untuk November telah tersusun.

Namun persiapan untuk bulan November itu hanyalah sebuah persiapan. Rencana November hanya tinggal rencana. Batal.

Karena rencana yang kami buat pada awal pekan Oktober itu terlaksana di minggu kedua Oktober 🙂

Yuhuuuuuu…….. Naik Semeru pun berlangsung. Alkisah pada Rabu malam pekan lalu, sebelum shalat isya’ tiba-tiba saja ide gila itu muncul di kepala Saya. Saya fikir Semeru menginginkan kedatangan saya secepatnya, tetapi tidak di bulan November. Karena itulah saya yang saat itu memang sedang berada di kosan Ais Babon bersama dua orang rah gennah lainnya segera bertanya,

Gimana kalo kita naik jumat besok?”

Pertanyaan gila tersebut pun mendapatkan anggukan!

Meskipun rencananya dadakan. Meskipun persiapannya tiba-tiba. Walaupun Hj Kemplo sempat galau antara ikut atau tidak. Walaupun polybag yang telah dibeli ‘tak sengaja’ dijatuhkan Kemplo. Walaupun logistik kami ‘seadanya’. Walaupun keberangkatan ini diawali dengan sedikit kebohongan yang beragam. Akhirnya Jumat pagi itu kami berlima, setelah Novera bersedia ikut kami ke Semeru, sudah meninggalkan teriknya Surabaya. 

Just like a dream, but it’s true 🙂

12-10-2012

(10.00 WIB)

Kami berada di Desa Tumpang. Tempat awal sebelum pos perijinan ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Ranu Pani. Karena satu-satunya manusia yang pernah melakukan ekspedisi ini adalah Senja maka saya dan tiga makhluk lainnya bergantung pada Sendu. Tapi sayangnya ketergantungan kami ini salah tempat. Senja sama sekali tak tahu bagaimana caranya supaya kami bisa sampai Ranu Pani. Bukannya tak tahu sama sekali, melainkan tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan angkutan selain Jeep atau Hartop. Naik Jeep atau Hartop memang bisa segera membawa kami berada di Ranu Pani, tetapi membuat kami tak bisa kembali ke dataran rendah setelahnya. Harganya mahal (untuk kami). Satu jeep dan hartop disewakan dengan harga Rp 400.000- Rp 450.000 atau perkepala di hitung Rp 90.000, kecuali jumlah penumpang 15 orang, perkepala ditarik Rp 30.000. Sementara kami yang hanya berlima, uang senilai Rp 90.000 perkepala itu over budget. Pokoknya perjalanan ke Semeru ini harus sesuai dengan budget yang telah kami tentukan di awal, itulah prinsip kami! Money management 🙂

Karena masih buntu harus naik apa, akhirnya dari terminal Tumpang kami menuju sebuah warung kopi. Beruntunglah kami…. karena pemilik warung kopi ini sungguh baik hati. Pak Saiful namanya. Seorang tukang ojek yang juga membuka warung kopi di depan pangkalan ojeknya. Beliau menanyakan dengan apa kami akan ke Ranu Pani. Setelah kami menjelaskan bahwa kami belum menemukan angkutan, Pak Saiful mengantarkan kami ke rumah seorang pemilik truck yang biasanya memang digunakan para pendaki lokal untuk sampai ke pos Ranu Pani.

 (12.30 WIB)

Kami sudah berada di rumah Pak Rus. Pemilik truck yang akan kami tumpangi. Alamat jelasnya di Jalan Kudusan 52, Tumpang. Pak Rus memiliki 3 buah truck yang biasanya digunakan untuk mengangkut pupuk kandang dari kota ke desa-desa yang ada di kaki gunung Semeru. Karena itulah, sebagai sampingannya truck tersebut juga digunakan sebagai angkutan untuk pendaki-pendaki dari Tumpang – Ranu Pani atau Ranu Pani – Tumpang. Biayanya juga sesuai dengan estimasi dan budget kami 🙂

Beristirahat di Rumah Pak Rus

Lumayan loh menggunakan jasa truck milik Pak Rus untuk sampai ke Ranu Pani. Harganya oke, bisa santai-santai pula. Pak Rus beserta keluarganya juga ramah-ramah. Kita mendapatkan seceret teh hangat sebelum berangkat. Bisa menggunakan kamar mandinya pula. Jadi harga Rp 30.000 itu sudah termasuk kamar mandi, minum teh hangat, ngeces hape, sekaligus angkutan trucknya.

Kalau memang kemalaman di jalan, kita juga dipersilahkan untuk bermalam di rumah Pak Rus. Bisa telepon terlebih dahulu juga jika memang ingin memesan angkutan, takutnya penuh jika datang secara dadakan. Nih nomor teleponnya 0341- 789 162 atau 0341 – 9777231. 

(14.00 WIB)

Di Atas Truck menuju Ranu Pani 

Di Atas Truck Yang Mengangkut Pupuk Kandang 😉

5 Dara di Atas Tumpukan Pupuk Kandang a.k.a Tai Sapi 😉

(16.30 WIB)

Setelah melewati jalanan yang kanan tebing kiri jurang atau kanan jurang kiri tebing serta berpetak-petak tanah yang ditanami bawang daun dan kembang kol, sampailah kami di pos perijinan Ranu Pani. Kata orang, pendakian dilarang jika jam sudah di atas pukul 4 sore. Alasannya karena track pendakian kerap kali ditutupi kabut tebal. Namun entah mengapa bapak-bapak asli Medan yang sore itu bertugas di pos pendakian mengizinkan kami untuk menginjak Semeru sore itu juga. Walaupun sempat sedikit diospek oleh si Bapak Medan dimana beliau berkata bahwa logistik kami kurang untuk 3 hari berkemah, yang penting ijin naik dikantongi. 

Eittsss…ijinnya juga pakai retribusi dong… cukup bayar 8000 IDR per orang. Termasuk asuransi kematian tuhh 😉

Bismillah…. Mari kita mendaki.

Pos Perijinan TNBTS Ranu Pani

🙂

P.S: Mom, I’m in Semeru 🙂 Terimakasih atas izinnya, Mami