Dosenku & Dosennya

Alhamdulillah, saya benar-benar harus bersyukur karena menimba ilmu di tempat yang ‘tidak menyulitkan’ mahasiswa. Memang, ada waktunya dimana dosen bersikap begitu menyebalkannya saat dimintai waktu konsultasi. Namun, selebihnya wajar saja.

Tidak pernah sekalipun saya bertemu dengan Tenaga Pendidik yang meminta bayaran hanya untuk konsultasi. Sekali pertemuan, harus membayar Rp 500.000 atau memabwa ‘sesajen’ berupa merek-merek terkenal. Tak perlu harus memberikan gratifikasi dalam bentuk apapun untuk mendapatkan nilai dari sebuah mata kuliah.

Sungguh beruntung saya dipertemukan dengan mereka yang tak pernah menarifkan ‘pajak’ bagi mahasiswanya.

Rasanya begitu geram ketika harus mendengar dan mengetahui sendiri bagaimana perlakuan dosen kepada mahasiswa.

Menetapkan ‘pajak’ kuliah jika ingin lulus. Harus memberikan sejumlah uang jika hendak berkonsultasi mengenai Skripsi.

Bahkan ada seorang dosen dari kampus tempat adik saya kuliah yang ddengan terang-terangan memberikan sebuah nomer rekening bank yang harus diisi jika hendak berkonsultasi… Subhanallah, macam hendak periksa ke dokter saja. Bahkan biayanya jauh lebih mahal dibandingkan kontrol ke dokter spesialis.

Alhamdulillah ya Allah, saya diberi kemudahan. Terimakasih untuk Dosen di Institut tercinta yang tidak meminta ‘pajak’ nilai pada setiap mahasiswa.

Semoga saja adik saya diberi kemudahan untuk melunakkan kepala dosennya… dan semoga saja saya punya rezeki lebih untuk membantunya…

Yang Penting Niat

Semakin mepet, semakin giat. Mungkin itulah yang sedang dialami adik saya. Jatah untuk menyelesaikan studi Strata 1 nya yang hanya bersisa 1 semester plus tuntutan tempat kerja akan Ijazah S1 membuat dia mampu membuka mata semalam penuh hanya untuk menyelesaikan revisi Pembahasan skripsinya yang entah sejak kapan tergeletak tak tergubris.

Saya sama sekali tidak pernah melihatnya duduk di depan layar monitor dengan antengnya. Duduk manis sejak pukul 9 pagi… Dini hari, ketika saya dengan sengaja mengintip melalui celah jendela kamarnya, dia tetap duduk menatap layar dengan posisi yang sama. Subuhnya juga begitu… Hingga pukul 9 pagi. Tanpa memejamkan mata sedikitpun.

Lalu kemudian dia beranjak untuk mandi dan bersiap pergi ke tempat kerjanya…

Saat saya menayakan;

“Sudah ta revisimu?”

Saya mengharapkan keajaiban lain sebagai jawabannya;

Dia pun menjawab;

“Aduh aku pusing…. Besok kamu aja ya yang ngerjain… Semalem aku cuma bisa olah-olah data sedikit, tapi cuma bisa dikit dan gak ngerti maksudnya”

Ohhhh… okeh…

Setidaknya dia masih punya niat untuk menyapa Skripsi yang telah lama ditinggalkan..

Semoga semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhirnya itu masih bisa menggebu hingga benar-benar selesai…..