Kerja, Rupiah, Dan Setia.

Beberapa hari lalu seseorang pernah mengatakan bahwa semua perusahaan membutuhkan loyalitas dari pekerjanya, dengan begitu perusahaan akan memberikan apresiasi lebih pada pekerja. Beliaupun menuturkan;

“Seseorang yang digaji 10 juta per bulan, belum tentu dia bisa loyal pada perusahaan”

Ahh.. iyaa benar memang. Tapi logikanya.. pekerja yang digaji 10 juta per bulan saja belum tentu loyal, bagaimana dengan pekerja yang hanya diupah 500 ribu per bulan?

Maka sebenarnya loyalitas itu tak dapat diukur dengan nilai mata uang.

Tujuan utama dari bekerja adalah mencari nafkah… mendapatkan upah. Sementara setia pada tempat kerja adalah topik lain yang akan lahir dengan sendirinya.

Karena itulah, indikator loyal dan setia merupakan sikap fundamental yang menghubungkan pekerja dengan tempat kerjanya. Hubungan itu akan sedikit goyah jika salah satu pihak berusaha merugikan pihak lain. Dan namanya juga bekerja, kerugian yang paling nyata tentu saja yang berbau material.

Maka dari itu.. sesungguhnya (mayoritas) tujuan utama dari bekerja adalah rupiah, barulah bisa menunjukkan sikap setia.

She Still My Best Mate

Lagi dan lagi. Masalah baru kembali dibuat oleh adek satu-satunya. Cerita baru kembali dibuatnya. Alur ceritanya memang berbeda. Tokoh yang menjadi pasangan di ceritanya kali ini juga tidak sama. Tapi intinya tetap masalah. Ah, si adek sudah pernaah berjanji untuk tak lagi membuat ulah. Berjanji untuk tidak membuat saya susah. Berjanji untuk tidak membuat saya marah. Tapi apa daya… sepertinya perkara sangat tertarik padanya.

Saya, hanya bisa bercerita pada teman-teman sepermainan. Mendengarkan masukan-masukan dari mereka. Masukan yang rupanya bermacam-macam, dan gila!!! “Bilang pacarnya suruh hamilin terus nikahin”. KAMPRET!! Saran macam apa coba!

Dua orang kakak yang ingin saya mintai jalan keluar justru bertanya

“Enaknya diapain ya anak itu?”

Pertanyaan yang seakan-akan adek kami adalah bahan masakan yang hendak diolah menjadi sajian makan malam. Mereka juga mengatakan untuk membiarkan masalah adek pada Papi yang beberapa saat setelahnya Papi menyuruh saya untuk mengontrol kegiatan putri bungsunya itu!! Hrrrrrrrrrrrrrrrrrrr…..

Semua ekspresi sudah saya tunjukkan saat si adek show off dengan masalahnya yang lalu, sekarang… sudah buntu harus bersikap bagaimana. Ditambah dengan debat nonsense salah satu kakak dengan  suaminya mengenai tingkah laku adek, jalan pikiran yang buntu semakin tersumbat. Akhirnya saya hanya bisa diam.

Sure, just keep quite.

Sebuah aksi yang kemudian memunculkan jawaban bahwa yang harus saya lakukan memang hanya diam. Tak usah banyak bicara. Tak perlu banyak menghakimi adek. Tak perlu banyak bertanya ini dan itu. Cukup diam.

Benar kata (almh) Mami, diam itu jauh lebih baik daripada debat kusir (You always true, Mom). That’s the time for leting out my litle sister. Just let my sister have her head. It’s not beacuse I’m nonchalant of her, I just wanna the best of her. Seriously, she still my best mate. Tapi jika saya yang selalu menyelesaikan masalahnya, dia tidak akan pernah bisa mandiri. Bagus jika saya masih berkeliaran di planet ini, kalau suatu saat Tuhan memanggil Saya lebih dulu daripada dia bagaimana? So, fix your own problem and I’ll always stay behind you Sist. Juventini never left the problem unfinished, right?!! Fighting Sist… Makes our Mami proud of us 🙂

Mom & Kids at Mall

Kalo sedang jalan-jalan di mall atau pasar atau toko-toko, pernahkah kalian melihat ibu-ibu yang juga mengajak anaknya khususnya balita? Lalu pada umunya yang kalian lihat pasti adegan si ibu sedang asik memilih-milih barang sementara si anak memegang tangan atau baju emaknya sembari melihat-lihat sekitar.

Kemudian, saat si anak mulai bosan lantaran ibunya terlalu sibuk bertransaksi… ia akan mulai mencari aktivitas yang membuatnya tertarik. Entah itu berlari-lari atau menyentuh-nyentuh barang yang ia lihat. Atau mengobrak-abrik tumpukan baju dan sepatu.

Selanjutnya ketika si ibu menyadari anaknya ‘mulai berulah’, si ibu akan beraksi:

  1. memanggil nama anak mereka
  2. memelototi si anak
  3. menggenggam erat tangan si anak
  4. memberikan siraman rohani pada si anak, seperti “Mama kan udah bilang… kalo mau ikut gak boleh nakal!! Dasar bandel!!”
  5. Mencubit si anak dan segera meninggalkan tempat tersebut

Kalaupun ada anak yang tetap diam di samping emaknya yang tengah memilih-milih barang, saya duga si anak memang anak baik yang selalu patuh pada orang tua atau si anak benar-benar takut akan ancaman sang bunda jika ‘membuat onar’.

Tapi hari ini saya melihat peristiwa yang tidak biasa. Tidak biasa saya lihat di kota-kota besar. Saya yang sedang menunggu kakak saya yang tengah sibuk mengitari toko untuk mencari sandal suaminya melihat sepasang ibu dan anak. Usia si anak sekitar 3 tahun dan aktifnya luar biasa. Dia berlari-lari mengitari toko sembari tertawa-tawa. Ok…masih wajar.

Kemudian tiba-tiba saja, si adek menghampiri salah satu etalase sepatu yang ada di depan saya dan mengambil sanggahan sepatu yang biasanya digunakan toko-toko untuk memajang contoh sepatu yang dijual. Si anak duduk di lantai dan mulai memainkan sanggahan sepatu yang ia ambil.

Kemudian si adek (yang kemudian saya tahu bernama Mano), meninggalkan sanggahan sepatu tersebut berserakan di lantai untuk kembali berlari-lari mengitari toko plus menjatuhkan beberapa sepatu yang dipajang. Ekspresi si ibu adalah tersenyum melihat aksi putranya, kemudian dia membereskan sanggahan sepatu yang berserakan di lantai dan mengembalikan sepatu yang ‘disenggol’ putranya ke tempat semula.

Setelah itu si ibu mengikuti aksi anaknya… seolah-olah mereka main kejar-kejaran. Tidak ada omelan. Tidak ada mata melotot. Tidak ada cubitan.

itulah yang seharusnya dilakukan oleh emak-emak yang membawa balita mereka shopping!! Konsekuensi seorang ibu. Pusat perbelanjaan bukan tempat bermain balita dan jika memang ingin membawa balita ngemall harus tahu apa yang akan dilakukan ‘monster kecil’nya itu.

Saya memang tidak mengenal pasangan ibu dan anak tadi, but two thumbs up for her…. She’s Such a good mother!!  🙂 Saya yakin… masih banyak ibu-ibu lain sepertinya. Dan saya harap si mbak (ibu) bisa tetap menjadi ibu yang baik bagi anaknya sampai kapanpun ia diberi hidup olehNya!! 

P.S: Maaf ya mbak saya motret gak bilang-bilang 😉

Adek Mano yang Asik dengan Kreasinya 🙂

one of the good Mother in the world

Mom & Kids 🙂